PSIKOMETRI TEORI KLASIK & TEORI SIFAT LATEN



TEORI KLASIK (CLASSICAL TEST THEORY)
- parameternya ditentukan oleh indeks kesukaran item dan indeks diskriminasi
- kelemahanya tergantung pada kelompok sample grup dependent dan berasumsi semua subjek mempunyai kesalahan  (eror ) yang setara

TEORI ITEM RESPON (ITEM RESPONS THEORY)
dasar - dasarnya adalah :
1. performasi subjek pd suatu item dapat diprediksi oleh seperangkat faktor yg disebut trait atau kemampuan yg secara ekstreem diasumsikan tunggal
2. hubungan antara performasi subjek pada satu item dengan perangkat kemampuan (abilitas) laten digambarkan sbg fungsi yg menaik secara monotonik (item characteristic curve)

IRT MENGENAL 3 MACAM MODEL
1. Model dengan satu parameter tingkat kesukaran item
2. Model dengan dua parameter, fungsi ogive normal dan daya diskriminasi
3. Model dengan tiga parameter, fungsi ogive normal, daya diskriminasi dan pseudo chance level


1.      Perbedaan mendasar antara Classical Test Theory (CTT) dan Item Respon Theory (IRT)
Classical Test Theory (CTT)
Item Respon Theory    (IRT)
Fokus kajianya pada
·         X (skor tampak)
·         E (Eror) dan
·         T (Skor Murni)
Fokus kajianya pada
·         Butir aitem / soal
·         Subjek (respon subjek terhadap aitem)
·         Isi Respon Subjek
Asumsi berupa simbol – simbol matematis
Asumsinya tidak berupa simbol-simbol matematis
Asumsi pada CIT :

X = T + E : Skor tampak adalah penjumlahan antara skor murni dan error.
Contoh : IQ si A tang murni sesungguhnya adalah T = 104, sedangkah pada suatu tes IQ dia memperoleh angka X=110, maka hasil pengukuran oleh tes tersebut terhadap si A mengandung eror sebesar E = +6

є(X) = T : skor murni merupakan nilai harapan X (Expected value of X). Dengan kata lain T merupakan rata-rata distribusi teoritis skor X apabila subjek diberi pengukuran berulang tidak terbatas dan setiap pengukuran bersifat independen.
Contoh : skor murni IQ si A, T = 104 walaupun diuji berkali-kali.

ρET = 0 : Tidak ada hubungan antara eror pengukuran (e) dan skor murni (T).
Contoh : Abdul tes IQ , T= 120
Tes 1, X = 122 (E = +2)
Tes 2, X = 118 (E= - 2)

ρE1E2 = 0 : Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan error pada tes lainnya
Contoh : Jika pada tes 1 Abdul mendapat (E = + 6), tidak berarti pada tes 2 Abdul akan mendapat skor (E) yg lebih besar dari tes 1.

ρE1T2 = 0 : Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan skor murni pada tes lainnya
Contoh : Jika ada dua tes yang mengukur atribut yg sama, maka skor E pada tes 1 tidak berkorelasi dengan skor T pada tes 2, kecuali bila salah satu tes mengukur aspek yg berpengruh thdp terjadinya eror.
Asumsi pada IRT :

Unidimensi : Setiap aitem hanya mengukur satu ciri peserta (1 item mengukur 1 kemampuan)
Contoh : Item nomor 1 untuk mengukur kemampuan spasial dari peserta

Independensi lokal : Respon pada aitem yang satu bebas dari pengaruh respon pada aitem lain jika kemampuan yang mempengaruhi performansi dibuat konstan.

Item Characteristic Curve (ICC) : Merefleksikan hubungan yang sebenarnya antara kemampuan dan respon peserta terhadap aitem tes

Teori tes klasik lebih mementingkan adanya norma alat tes (skor murni) dan kurang memperhatikan aitem-aitem dalam tes (aitem tidak dibuat sesuai dengan tempat dan kondisi subjek. Aitem-aitem tes juga tidak diberi uji psikometri)
Lebih mementingkan kesesuaian antara aitem-aitem tes dengan subjek yang dikenai tes
Sifat skala interval bisa diperoleh dg adanya distribusi normal (Data harus terdistribusi secara normal). sehingga dapat dilihat melalui Kurva Normal yang berbentuk seperti lonceng bell.
Kinerja subjek dapat dilihat dari Item Characteristic Curve (ICC). Artinya semakin baik performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada aitem tes) yang benar. Kurvanya berbentuk seperti huruf s.
Aitem 1 dengan aitem lainya saling mempengaruhi
Aitem 1 dengan yang lainya tidak saling mempengaruhi
·      Banyak item u/ ungkap 1 kemampuan.
·      E diukur dari banyaknya skor
·      Semakin banyak soal & semakin lama tes semakin baik.
·      Bias tidaknya item tergantung pada sampel representatif.
·      Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan 1 kelompok representatif (norma ditentukan oleh 1 kelmpok representatif).
·      Sifat skala interval bisa diperoleh dg adanya distribusi normal (Data harus terdistribusi secara normal).
·      Item campuran bisa menyebabkan ketidak seimbangan dlam skor tes.
·      Perubahan skor tidak bisa dibandingkan jika skor awalnya tidak sama.
·      Fitur-fitur stimulus tidak perlu dibandingkan secara langsung dengan psikometri
·      Item mengukur 1 kemampuan.
·      E berlaku hanya u/ 1 skor.
·      Semakin cepat tes semakin baik.
·      U/ mengetahui bias tidaknya item tidak harus dengan sample representatif.
·      Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan itemnya.
·      Sifat skala interval bisa disesuaikan. Ex. SS--------STS
·      Format item campuran dapat menghasilkan skor optimal.
·      Perubahan skor bisa dibandingkan jika skor awalnya tidak sama.
·      Fitur-fitur stimulus dapat dibandingkan secara langsung dengan psikometri. Ex. Pada teori IRT kita dapat mengetahui mana alternatif jawaban yg efektif dan mana yg tidak.
KLASIK TEORI
LATENT TRAIT THEORY, artinya performance subjek dalam mengerjakan suatu tes dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten atau menetap. Jelasnya begini....keberhasilan subjek dalam menyelesaikan tugas, bekerja, atau memcahkan suatu persoalan dapat diprediksi dari kemampuan yang dimilikinya.
ITEM RESPONSE THEORY, artinya respon subjek terhadap suatu aitem (butir soal) menunjukkan kemampuan kognitifnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support by Blog Sodiyc & Acun
Member of Kopizine and Loenpia.net